Bermain adalah hampir seluruh dunia
tentang anak-anak. Di benak anak-anak, bermain bisa jadi adalah pikiran utama
mereka, menurutku…:). Kalaupun aku senang belajar, aku akan sangat senang jika
belajar itu seperti bermain. Anak-anak yang lain, sepertinya sama juga. Bermain
seperti kebutuhan yang tiada habisnya.
Ngomong-ngomong tentang bermain, aku
punya beberapa cerita yang setidaknya mewarnai masa kecilku. Biasanya, sepulang
sekolah, segerombolan siswi/siswa berkumpul di rumah salah seorang teman,
rumahku pun salah satu favoritnya. Rumahku memang luas dan yang terpenting
adalah sepi. Rasanya kami anak-anak bebas untuk “mengacak-acak” seisi rumah.
Aku dan beberapa teman tak punya permainan favorit. Itu karena kami selalu punya
ide baru setiap kali mau menentukan main apa hari ini.
Suatu hari kami bermain loncat,
bernyanyi dan salju. Nama permainan yang cukup aneh memang, yang jelas waktu
itu kami memutar lagu Sherina cukup kencang, lalu naik ke atas lemari yang
menempel ke dinding melalui rak-rak yang besar, lalu kami melompat dari lemari
itu dan meluncur ke kasur yang ditumpuk-tumpuk. Cihuuyyy…teman yang di bawah
telah bersiap membuat salju-saljuan dari sterofoam yang di gesek dengan sisir
lalu di tebar ke udara. Jadilah kami serasa melompat dari pohon ke lautan
salju. Yiheiii..setelah mendarat di kasur kami tertawa sekeras-kerasnya sambil
bernyayi tanpa mempedulikan siapa yang mendengar. Permainan ini pun baru
terhenti dan selamanya tak pernah dimainkan lagi saat beberapa teman merasa
sakit kepala setelah beberapa kali meluncur dari atas lemari. Mungkin mereka
tidak melakukan pendaratan yang tepat saat itu. Hihi…
Lain lagi permainan catwalk model
baju lemari. Baju lemari adalah kata kunci permainan ini. Sebagai tuan rumah,
aku harus menyediakan berbagi macam pakaian dan kain-kain, bahkan seingatku
hampir seluruh isi lemari ibuku termuntahkan. Lalu kami berlenggak lenggok bak
model terkenal dengan iringan musik India. Ada yang berjalan malu-malu dan mesam-mesem saja, ada pula yang sangat
percaya diri, tertawa terbahak-bahak, semua punya gaya masing-masing. Aku? Aku
termasuk yang sedikit malu-malu tapi cukup memalukan. J
Ada banyak ide cerita yang muncul
saat aku dan teman-teman akan mulai bermain, kami sangat kreatif saat itu. Bak
sutradara, kami memainkan apa yang kami imajinasikan. Coba waktu itu sudah ada gadget-gadget yang sekarang ini sudah
menjadi “sahabat” anak-anak, mungkin kami takkan punya cukup banyak cerita
untuk mengenang aktivitas masa kecil. Mungkin kami takkan punya banyak memori
yang menggambarkan kami sedang tertawa, berlari, dan saling berebut ide. Hanya
kami, anak dengan anak, manusia dengan manusia, bukan manusia dengan alat.
Hanya kami….:)
Komentar
Posting Komentar